Rabu, 14 Januari 2015

ANALISIS SWOT




Setiap orang memiliki potensi dan kemampuan yang luar biasa. Namun dibutuhkan jangka waktu lama untuk mencapai semua hal yang mampu dikerjakan. Sayangnya, manusia hanya punya satu kesempatan saja dalam hidup ini karena waktu terus berjalan dan tak bisa kembali.
Analisis SWOT merupakan salah satu analisis tentang faktor internal dan eksternal pada saat ini secara deskriftif agar dapat menghadapi semua tantangan dan ancaman di masa yang akan datang serta dapat mempersiapkan diri untuk menyesuaikan perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi pencapaian harapan dan keinginan.
Tujuan yang diharapakan dapat terwujud selama sekira 2 tahun adalah kesejahteraan dan kemudahan dalam mencari pekerjaan setelah lulus kuliah. lulus kuliah dengan nilai cumloud adalah suatu keharusan dan menjadi salah satu pendukung untuk mendapatkan kemudahan dalam mencari pekerjaan. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan cara menganalisis diri sendiri dengan menggunakan Analisis SWOT setelah itu baru dicari strategi yang harus di implementasikan.
Komponen Analisis SWOT terhadap diri sendiri :

Strenght
Strenght adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang, organisasi, atau sebuah program saat ini yang bisa berpengaruh positif di masa yang akan datang.
Kekuatan yang dimiliki sekarang :
1.      Kemampuan Akuntansi dan Komputer Akuntansi yang baik
2.      Bertanggung jawab pada diri sendiri
3.      Konservatif dan hemat khusunya dalam keuangan
4.      Senang membaca dan mendengarkan
5.      Mudah bersosialisasi atau hubungan baik dengan teman
6.      Berkomitmen pada ucapan
7.      Telaten atau pantang menyerah jika terjadi kesulitan
8.      IPK > 3,40
9.      Teliti dalam mengerjakan suatu hal
10.  Mampu mengerjakan tugas dengan baik
11.  Peduli dengan lingkungan sekitar
Weakness
Weakness adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan yang dimiliki oleh seseorang, organisasi, atau sebuah program saat ini yang bisa berpengaruh negative di masa yang akan datang.
Kelemahan yang dimiliki sekarang :
1.      Lemah dalam bahasa Inggris
2.      Kurang percaya diri jika bicara di depan umum
3.      Susah mengambil keputusan dengan cepat
4.      Dukungan keuangan kurang baik
5.      Ceroboh karena sering tidak sabaran
6.      Lebih mementingkan diri sendiri
7.      Susah mengingat nama seseorang
8.      Cara bicara yang kurang mudah dimengerti dan tidak beraturan
9.      Selalu merasa bodoh didepan orang banyak
10.  Sering kali rasa malas datang
Opportunity
Opportunity adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang atau kesempatan di luar diri pribadi, organisasi, atau sebuah program dan memberikan peluang berkembang dimasa depan.
Kesempatan atau peluang yang ada diantaranya :
1.      Menjadi asisten di Laboratorium Akuntansi Dasar
2.      Peraturan tentang penggunana Sistem Akuntansi di semua lembaga
3.      Pemberlakuakan IFRS di semua lembaga
4.      Pencanangan Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
5.      Perubahan peraturan perpajakan khususnya tentang pajak penghasilan
6.      Rekruitmen PNS setiap tahun
7.      Pencanangan PNPM mandiri
8.      Perluasan sector Perbankan
9.      Perkembangan teknologi baru
Threat
Threat adalah situasi yang merupakan ancaman atau hambatan yang datang dari luar diri pribadi, organisasi, atau sebuah program dan dapat mengancam eksistensi dimasa depan.
Ancaman atau hambatan yang ada diantaranya :
1.      Tenaga kerja yang berpengalaman
2.      Lulusan Perguruan Tinggi yang bonafit
3.      Meningkatnya persaingan diantara lulusan sarjana
4.      Merebaknya KKN di semua bidang
5.      Tenaga kerja yang kompeten
6.      IPK > 3,00
7.      Perusahaan Padat Modal
8.      Kuota PNS, tapi lebih mengutamakan tenaga kerja honorer
9.      Tuntutan segera menikah
Strategi
 Strenght dan Opportunity
1.      Mengikuti semua perkembangan akuntansi nasional dan internasional agar bisa membuka jasa konsultan akuntansi atau perpajakan dengan lebih dahulu mengambil pendidikan profesi akuntan.
2.      Memulai untuk berwiraswasta berbasis IT dengan mengutamakan kualitas dan pelayanan
3.      Belajar berlatih psikotest agar bisa lulus jadi PNS
4.      Lebih banyak bersosialisasi agar bisa menjadi fasilitator dari salah satu program pemerintah.
 Weakness dan Opportunity
1.      Perbanyak belajar menggunakan Bhs. Inggris mulai saat ini
2.      Membuat pencatatan sederhana tentang kegiatan sehari-hari
3.      Perbanyak Puasa sunah untuk mengontrol emosi
4.      Menabung untuk tambahan modal usaha jika akan berwirausaha
Strenght dan Threat
1.      Perbanyak jaringan atau relasi dengan meningkatkan silaturahmi untuk mendapatkan informasi lowongan pekerjaan.
2.      Mempertahankan IPK sebagai salah satu syarat lulus test administrasi
3.      Mencari kerja Free line sebagai tambahan pengalaman kerja.
4.      Memperdalam kompetensi dengan terus belajar.
Weakness dan Threat
1.      Mengikuti kegiatan BLK (Balai latihan kerja)
2.      Mengikuti organisasi intra dan ekstra kampus untuk melatih percaya diri.
3.      Mulai untuk lebih rapi dalam segala hal termasuk cara bicara
4.      Disiplin terhadap waktu.

JOB SEEKER VS JOB CREATOR




Pemerhati kewirausahaan menyatakan bahwa sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi adalah lebih sebagai pencari kerja (job seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Hal ini disebabkan sistem pembelajaran yang diterapkan di berbagai perguruan tinggi saat ini, yang umumnya lebih terfokus pada ketepatan lulus dan kecepatan memperoleh pekerjaan, dan memarginalkan kesiapan untuk menciptakan pekerjaan.
Mengingat kondisi sosial ekonomi sedang lemah serta sulitnya mencari pekerjaan di sektor pemerintahan atau pegawai negeri yang membutuhkan berbagai persyaratan melalui jenjang pendidikan, maka situasi tersebut menimbulkan semakin banyak peluang bagi orang-orang untuk mencari atau membentuk usaha pribadi melalui gagasan atau ketrampilan yang dimiliki. Pembangunan sumber daya manusia perlu dilaksanakan secara menyeluruh, terarah, dan terpadu di berbagai bidang, terutama yang mencakup bidang pendidikan, latihan, serta penyediaan lapangan kerja. Salah satu usaha yang membutuhkan tantangan,ketrampilan,serta minat yang kuat tersebut adalah dengan berwirusaha.

Masih sulit mengubah mindset masyarakat dengan menjadikan wirausahawan sebagai profesi utama. Selama ini bukan profesi utama yang ingin digeluti sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebagian besar lebih memilih menjadi tentara, dokter dan profesi lainnya. Kemampuan mengembangkan potensi diri ini menjadi masalahnya. Solusi yang harus dilakukan dengah mengubah mindset para mahasiswa dari pencari kerja menjadi pencipta lapangan kerja. Dari job seeker menjadi job creater. Meskipun tidak mudah mengubah mindset mahasiswa untuk keluar dari zona nyaman. “Mau tidak mahasiswa merubah mindsetnya. Kadang mahasiswa itu gengsi untuk berjualan. Masalah harus ada stimulus bahwa keinginan jadi wirausahawan bukan nomer dua atau nomer tiga. Jangan sampai mahasiswa berlindung dibalik status mahasiswanya. Kalau sudah lulus harus bersaing ketat.

Menurutnya, untuk itu mahasiswa harus didorong punya jiwa wirausaha karena secara makroekonomi juga akan membantu pemerintah. Kedepan perguruan tinggi didorong tidak hanya menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai tapi juga dapat menciptakan lapangan kerja. Salah satunya dapat dilakukan melalui kurikulum sebagai sesuatu yang bisa mentransform mahasiswa yang kurang memiliki nilai menjadi outputnya memiliki nilai tambah melalui jiwa wirausaha. Dia mengemukakan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha di Unpas diterapkan hidden kurikulum kewirausahaan pada kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum dimana beberapa matakuliah itu melakukan praktek wirausaha. “Kurikulum berbasis wirausaha bersifat hidden kurikulum yang bisa dimasukan di setiap mata kuliah. Tidak hanya fakultas ekonomi saja tapi juga fakultas lain,” katanya.
Untuk menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan dan meningkatkan aktivitas kewirausahaan agar para lulusan perguruan tinggi lebih menjadi pencipta lapangan kerja maka para mahasiswa diberi materi Kewirausahaan sebagai mata kuliah dimana diberikan satu minggu satu kali tatap muka. Dengan adanya mata kuliah Kewirausahaan diharap dapat merubah mindset para lulusan perguruan tinggi untuk cenderung memilih mandiri dan berusaha (job creator) daripada sebagai pencari kerja (job seeker).
Ada beberapa sebab yang melatar belakangi banyaknya penggangguran tingkat Diploma dan Perguruan Tinggi tersebur  dalam hal berwirausaha, diantaranya :
1.     Sebagaian besar para lulusan Perguruan Tinggi cenderung sebagai pencari kerja (job seeker) daripada sebagai pencipta lapangan pekerjaan (job creator).
2.     Kurang nya informasi, dukungan, motivasi dan pengetahuan tentang kewirausahaan
3.     Kurangnya informasi, dukungan dan pengetahuan dari pemerintah, keluarga dan tempat pendidikan tentang dunia kewirausahaan.
Beberapa alasan-alasan tersebut di atas menyebabkan mereka didorong untuk  menjadi pegawai negeri atau swasta setelah lulus dari Perguruan tinggi, belum ada dukungan yang maksimal baik dari keluarga, pemerintah maupun dunia Pendidikan untuk mandiri atau berwirausaha. Dengan rendahnya tingkat keinginan para lulusan terdidik (diploma dan sarjana) untuk berwirausaha, maka jumlah lapangan pekerjaan semakin sempit sedangkan  jumlah pengangguran semakin meningkat. Untuk itu perlu adanya sinergi dan dukungan  dari berbagai pihak untuk mewujudkan minat para generasi muda berwirausaha sehingga mereka dapat menciptakan lapangan kerja sendiri dan orang lain yangmana nantinya dapat mengurangi jumlah penggangguran terdidik di Indonesia. Diharapkan dengan adanya minat para lulusan perguruan tinggi untuk mandiri, berwirausaha maka akan meningkat pula aktivitas entrepreneurial (berwirausaha) sehingga dapat tercipta bisnis baru, peluang pekerjaan dan berkurangnya penggangguran. job creator berarti mengurangi pengangguran karena kita dapat membuka peluang kerja bagi orang lain. So, satu langkah justru bisa menjadi berkah bagi banyak pihak.

Strategi Perubahan Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Job Seeker menjadi Job creator
Setiap Perguruan tinggi harus bisa melahirkan mahasiswa yang kreatif.  Pentingnya menciptalan Fleksibilitas dalam belajar di perguruan tinggi akan ikut mendorong lahirnya kreativitas dan inovasi bagi setiap lulusannya. Pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai wirausaha. Pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa secara bersama-sama dalam komunitas pendidikan sehingga diharapkan akan menciptakan mindset sebagai seorang pencipta kerja (job creator). Berikut ini adalah strategi mengubah Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Job Seeker menjadi Job creator.
Perbedaan yang dapat dilihat pada saat jadi pengusaha dan  menjadi karyawan yaitu:
Pengusaha:
1. membuka lapangan pekerjaan
2. mandiri + independen
3. bebas
4. lebih kreatif dan dinamis

 Karyawan
1. terikat waktu dan tugas
2. tidak independen
3. terkungkung dan terkekang
4. hanya jadi "pelayan" bagi atasan

Sumber :
http://vinaalpiyani.blogspot.com/2014/12/opini-tentang-job-seeker-vs-job-creator.html

Persiapan Diri Dalam Menghadapi MEA 2015 ! Job seeker atau Job creator?



MEA 2015
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 membawa suatu peluang sekaligus tantangan bagi ekonomi Indonesia. Dengan diberlakukannya MEA pada akhir 2015, negara anggota ASEAN akan mengalami aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terdidik dari dan ke masing-masing negara. Melalui MEA akan terjadi integrasi yang berupa “free trade area” (area perdagangan bebas), penghilangan tarif perdagangan antar negara ASEAN, serta pasar tenaga kerja dan pasar modal yang bebas, yang akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan pembangunan ekonomi tiap negara.
Ibarat pisau bermata dua manfaat dari implementasi MEA itu bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia tentu tergantung pada cara menyikapi era pasar bebas tersebut.
Pertanyaannya, sejauh mana kesiapan dunia usaha di Indonesia dalam menghadapi era MEA 2015?
Untuk menghadapi era pasar bebas se-Asia Tenggara itu, dunia usaha di Tanah Air tentu harus mengambil langkah-langkah strategis agar dapat menghadapi persaingan dengan negara ASEAN lainnya, tak terkecuali sektor Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM). Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan mengatakan bahwa persiapan Koperasi dan UKM nasional untuk menghadapi era MEA sudah cukup baik.
“Sejauh ini persiapan Koperasi dan UKM kita untuk menghadapi era MEA 2015 ini cukup bagus. Persiapan sampai saat ini untuk menghadapi MEA itu kurang lebih 60 sampai 70 persen,” kata Syarief Hasan.
Sebagai persiapan, menurut dia, pemerintah telah melaksanakan beberapa upaya strategis, salah satunya pembentukan Komite Nasional Persiapan MEA 2015, yang berfungsi merumuskan langkah antisipasi serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan KUKM mengenai pemberlakuan MEA pada akhir 2015.
Adapun langkah-langkah antisipasi yang telah disusun Kementerian Koperasi dan UKM untuk membantu pelaku KUKM menyongsong era pasar bebas ASEAN itu, antara lain peningkatan wawasan pelaku KUKM terhadap MEA, peningkatan efisiensi produksi dan manajemen usaha, peningkatan daya serap pasar produk KUKM lokal, penciptaan iklim usaha yang kondusif. Namun, Syarif menyebutkan salah satu faktor hambatan utama bagi sektor Koperasi dan UKM untuk bersaing dalam era pasar bebas adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) pelaku KUKM yang secara umum masih rendah.
“Untuk meningkatkan kualitas pelaku KUKM, kami melaksanakan berbagai pembinaan dan pelatihan, baik yang bersifat teknis maupun manajerial. Namun, banyaknya tenaga kerja yang tidak terampil tentu berdampak pada kualitas produk yang dihasilkan,” kata dia.
Oleh karena itu, lanjut Syarief, pihaknya melakukan pembinaan dan pemberdayaan KUKM yang diarahkan pada peningkatan kualitas dan standar produk, agar mampu meningkatkan kinerja KUKM untuk menghasilkan produk-produk yang berdaya saing tinggi.
“Sektor Koperasi dan UKM yang paling penting untuk dikembangkan dalam menghadapi MEA 2015 itu  yang terkait dengan industri kreatif dan inovatif, handicraft, home industry, dan teknologi informasi,” jelasnya.
Ia menambahkan, pihaknya juga berupaya meningkatkan akses dan transfer teknologi untuk mengembangkan pelaku UKM inovatif sehingga nantinya mampu bersaing dengan pelaku UKM asing. Peningkatan daya saing dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), menurut dia, diperlukan para pelaku UKM di Indonesia untuk menghadapi persaingan usaha yang makin ketat, khususnya dalam menghadapi MEA.
“Para pelaku UKM harus memanfaatkan teknologi seluas-luasnya untuk mengembangkan usahanya sehingga mereka bisa cepat maju dan siap bersaing secara global,” ujarnya.
Ia menyatakan, sejauh ini dengan meningkatnya pemanfaatan TIK dalam kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di dalam negeri yang didorong melalui kerja sama pemerintah dengan pihak swasta, daya saing UKM Indonesia pun makin meningkat.
Hal itu, kata dia, terbukti dari data terbaru yang dikeluarkan oleh “World Economic Forum” bahwa peringkat daya saing UKM Indonesia naik dari nomor 52 menjadi nomor 38.
“Indeks daya saing kita (di antara negara ASEAN) itu 4,1 sama dengan Thailand. Kita hanya kalah dari Singapura dan Malaysia,” ungkapnya.
Namun, ia meyakini dalam waktu dua tahun daya saing KUKM di Tanah Air dapat sejajar dan bahkan mengungguli Singapura dan Malaysia. Sementara itu, dari pihak Kementerian Perindustrian juga tengah melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan terhadap sektor industri kecil menengah (IKM) yang merupakan bagian dari sektor UMKM.
“UMKM bidang industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Pembinaan ini diarahkan agar IKM berdaya saing global,” kata Menteri Perindustrian MS Hidayat.
Ia mengatakan penguatan IKM berperan penting dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui perluasan kesempatan kerja dan menghasilkan barang atau jasa untuk dieskpor. Kedua menteri tersebut pun menyatakan upaya-upaya strategis dalam menghadapi MEA 2015 akan terus dilakukan. Selain itu, koordinasi dan konsolidasi antar lembaga dan kementerian pun terus ditingkatkan sehingga faktor penghambat dapat dieliminir.
“Maka Koperasi dan UKM dalam negeri harus meningkatkan kualitas dan kinerja untuk menyambut MEA 2015. Kita harus bisa menjadi ‘market leader’, terutama di pasar sendiri. Saatnya kita maju dan mandiri dalam menghadapi pasar bebas,” ucap Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan.
Sumber :
http://www.antaranews.com/berita/436319/kesiapan-koperasi-ukm-indonesia-menatap-era-mea-2015
Persiapan Diri Dalam Menghadapi MEA 2015
Job seeker atau Job creator?
            Menurut pendapat saya, mengenai persiapan diri dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir 2015 merupakan tantangan karena sejatinya pola pikir dan para ekonomi Indonesia masih seperti biasanya.  MEA 2015 memberikan wajah baru dalam perkembangan ekonomi khususnya di kawasan ASEAN sendiri untuk tetap menjadi basis ekonomi yang handal dan dapat bersaing dengan Negara lain. Sebagai seorang mahasiswa, saya menilai kedatangan MEA 2015 ke dalam berbagai aspek yang mempengaruhi perkembangan berbagai macam bidang khususnya bidang ekonomi, sangat membantu untuk membuka pemikiran, wawasan, ide , gagasan serta implementasi ke arah maju untuk meningkatkan keahlian dan potensi diri agar dapat bersaing dengan lulusan terbaik dari seluruh akademisi masing-masing Negara ASEAN.
            Dengan adanya MEA 2015  memperbesar keinginan saya untuk dapat meningkatkan keahlian yang saya miliki sekarang dan menambah ilmu dan pengetahuan yang akan saya terus pelajari sehingga akan diimplementasikan menjadi berbagai macam keahlian yang lainnya sebagai modal saya untuk bersaing dalam dunia kerja ke depan terutama untu menembus pasar bebas MEA 2015 yang ada sekarang. Dengan persiapan dan strategi yang saya miliki sekarang saya optimis dapat bersaing dan menjadi sumber daya manusia yang unggul untuk memajukan perekonomian Indonesia.
            Kesiapan awal pribadi saya dalam menghadapi MEA 2015 adalah terlebih dahulu menjadi job seeker. Saya ingin memulai persaingan dalam dunia pekerjaan agar saya dapat membaca atmosfer yang berkembang dalam pencapaian kesuksesan MEA 2015 yang ada sekarang. Setalah saya menemukan peluang untuk mengembangkan usaha di dalam atmosfer MEA 2015 ini saya akan mengkombinasikan strategi saya yaitu menjadi seoarang job seeker yang unggul dan membuka sebuah bisnis atau wirausaha sebagai pencapaian yang sempurna dalam MEA 2015. Saya menilai hal ini sangat positif dan bagus untuk masa depan saya ke depan agar saya tetap dapat bersaing di dalam peluang kerja yang ada serta menjadi seorang job creator yang handal. Memang tidak mudah mengkombinasikan 2 hal tersebut yakni menjadi job seeker sekaligus mengembangkan usaha sebagai job creator, namun saya optimis dan yakin bahwa setiap kemauan dengan didorong semangat dan disiplin diri yang baik dapat menciptakan sebuah hal yang baik untuk kehidupan kiita sekarang dan di masa yagn akan datang. Saya bercita-cita menjadi seorang auditor yang unggul dan handal serta menjadi seorang wirausahawan muda yang kompeten agar tetap menjadi sumber daya manusia yang unggul dan dapat bersaing di dunia kerja khususnya MEA 2015 sekarang dan di masa yang akan datang.