MEA 2015
Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 membawa suatu peluang sekaligus tantangan bagi
ekonomi Indonesia. Dengan diberlakukannya MEA pada akhir 2015, negara anggota
ASEAN akan mengalami aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terdidik
dari dan ke masing-masing negara. Melalui MEA akan terjadi integrasi yang
berupa “free trade area” (area perdagangan bebas), penghilangan tarif
perdagangan antar negara ASEAN, serta pasar tenaga kerja dan pasar modal yang
bebas, yang akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
tiap negara.
Ibarat pisau
bermata dua manfaat dari implementasi MEA itu bagi pertumbuhan ekonomi
Indonesia tentu tergantung pada cara menyikapi era pasar bebas tersebut.
Pertanyaannya,
sejauh mana kesiapan dunia usaha di Indonesia dalam menghadapi era MEA 2015?
Untuk
menghadapi era pasar bebas se-Asia Tenggara itu, dunia usaha di Tanah Air tentu
harus mengambil langkah-langkah strategis agar dapat menghadapi persaingan
dengan negara ASEAN lainnya, tak terkecuali sektor Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (KUKM). Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan mengatakan bahwa
persiapan Koperasi dan UKM nasional untuk menghadapi era MEA sudah cukup baik.
“Sejauh ini persiapan Koperasi
dan UKM kita untuk menghadapi era MEA 2015 ini cukup bagus. Persiapan sampai
saat ini untuk menghadapi MEA itu kurang lebih 60 sampai 70 persen,” kata
Syarief Hasan.
Sebagai
persiapan, menurut dia, pemerintah telah melaksanakan beberapa upaya strategis,
salah satunya pembentukan Komite Nasional Persiapan MEA 2015, yang berfungsi
merumuskan langkah antisipasi serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan
KUKM mengenai pemberlakuan MEA pada akhir 2015.
Adapun
langkah-langkah antisipasi yang telah disusun Kementerian Koperasi dan UKM
untuk membantu pelaku KUKM menyongsong era pasar bebas ASEAN itu, antara lain
peningkatan wawasan pelaku KUKM terhadap MEA, peningkatan efisiensi produksi
dan manajemen usaha, peningkatan daya serap pasar produk KUKM lokal, penciptaan
iklim usaha yang kondusif. Namun, Syarif menyebutkan salah satu faktor hambatan
utama bagi sektor Koperasi dan UKM untuk bersaing dalam era pasar bebas adalah
kualitas sumber daya manusia (SDM) pelaku KUKM yang secara umum masih rendah.
“Untuk meningkatkan kualitas
pelaku KUKM, kami melaksanakan berbagai pembinaan dan pelatihan, baik yang
bersifat teknis maupun manajerial. Namun, banyaknya tenaga kerja yang tidak
terampil tentu berdampak pada kualitas produk yang dihasilkan,” kata dia.
Oleh karena
itu, lanjut Syarief, pihaknya melakukan pembinaan dan pemberdayaan KUKM yang
diarahkan pada peningkatan kualitas dan standar produk, agar mampu meningkatkan
kinerja KUKM untuk menghasilkan produk-produk yang berdaya saing tinggi.
“Sektor Koperasi dan UKM yang
paling penting untuk dikembangkan dalam menghadapi MEA 2015 itu yang
terkait dengan industri kreatif dan inovatif, handicraft, home industry, dan
teknologi informasi,” jelasnya.
Ia
menambahkan, pihaknya juga berupaya meningkatkan akses dan transfer teknologi
untuk mengembangkan pelaku UKM inovatif sehingga nantinya mampu bersaing dengan
pelaku UKM asing. Peningkatan daya saing dengan pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi (TIK), menurut dia, diperlukan para pelaku UKM di Indonesia
untuk menghadapi persaingan usaha yang makin ketat, khususnya dalam menghadapi
MEA.
“Para pelaku UKM harus
memanfaatkan teknologi seluas-luasnya untuk mengembangkan usahanya sehingga
mereka bisa cepat maju dan siap bersaing secara global,” ujarnya.
Ia
menyatakan, sejauh ini dengan meningkatnya pemanfaatan TIK dalam kegiatan usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di dalam negeri yang didorong melalui kerja
sama pemerintah dengan pihak swasta, daya saing UKM Indonesia pun makin
meningkat.
Hal itu, kata
dia, terbukti dari data terbaru yang dikeluarkan oleh “World Economic Forum”
bahwa peringkat daya saing UKM Indonesia naik dari nomor 52 menjadi nomor 38.
“Indeks daya saing kita (di
antara negara ASEAN) itu 4,1 sama dengan Thailand. Kita hanya kalah dari
Singapura dan Malaysia,” ungkapnya.
Namun, ia
meyakini dalam waktu dua tahun daya saing KUKM di Tanah Air dapat sejajar dan
bahkan mengungguli Singapura dan Malaysia. Sementara itu, dari pihak
Kementerian Perindustrian juga tengah melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan
terhadap sektor industri kecil menengah (IKM) yang merupakan bagian dari sektor
UMKM.
“UMKM bidang industri memegang
peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Pembinaan ini diarahkan
agar IKM berdaya saing global,” kata Menteri Perindustrian MS Hidayat.
Ia mengatakan
penguatan IKM berperan penting dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui
perluasan kesempatan kerja dan menghasilkan barang atau jasa untuk dieskpor. Kedua
menteri tersebut pun menyatakan upaya-upaya strategis dalam menghadapi MEA 2015
akan terus dilakukan. Selain itu, koordinasi dan konsolidasi antar lembaga dan
kementerian pun terus ditingkatkan sehingga faktor penghambat dapat dieliminir.
“Maka Koperasi dan UKM dalam
negeri harus meningkatkan kualitas dan kinerja untuk menyambut MEA 2015. Kita
harus bisa menjadi ‘market leader’, terutama di pasar sendiri. Saatnya kita
maju dan mandiri dalam menghadapi pasar bebas,” ucap Menteri Koperasi dan UKM
Syarief Hasan.
Sumber :
http://www.antaranews.com/berita/436319/kesiapan-koperasi-ukm-indonesia-menatap-era-mea-2015
Persiapan Diri Dalam Menghadapi MEA
2015
Job
seeker
atau Job creator?
Menurut pendapat saya, mengenai
persiapan diri dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir 2015
merupakan tantangan karena sejatinya pola pikir dan para ekonomi Indonesia
masih seperti biasanya. MEA 2015
memberikan wajah baru dalam perkembangan ekonomi khususnya di kawasan ASEAN
sendiri untuk tetap menjadi basis ekonomi yang handal dan dapat bersaing dengan
Negara lain. Sebagai seorang mahasiswa, saya menilai kedatangan MEA 2015 ke
dalam berbagai aspek yang mempengaruhi perkembangan berbagai macam bidang
khususnya bidang ekonomi, sangat membantu untuk membuka pemikiran, wawasan, ide
, gagasan serta implementasi ke arah maju untuk meningkatkan keahlian dan
potensi diri agar dapat bersaing dengan lulusan terbaik dari seluruh akademisi
masing-masing Negara ASEAN.
Dengan adanya MEA 2015 memperbesar keinginan saya untuk
dapat meningkatkan keahlian yang saya miliki sekarang dan menambah ilmu dan
pengetahuan yang akan saya terus pelajari sehingga akan diimplementasikan
menjadi berbagai macam keahlian yang lainnya sebagai modal saya untuk bersaing
dalam dunia kerja ke depan terutama untu menembus pasar bebas MEA 2015 yang ada
sekarang. Dengan persiapan dan strategi yang saya miliki sekarang saya optimis
dapat bersaing dan menjadi sumber daya manusia yang unggul untuk memajukan
perekonomian Indonesia.
Kesiapan awal pribadi saya dalam
menghadapi MEA 2015 adalah terlebih dahulu menjadi job seeker. Saya ingin memulai persaingan dalam dunia pekerjaan
agar saya dapat membaca atmosfer yang berkembang dalam pencapaian kesuksesan
MEA 2015 yang ada sekarang. Setalah saya menemukan peluang untuk mengembangkan
usaha di dalam atmosfer MEA 2015 ini saya akan mengkombinasikan strategi saya
yaitu menjadi seoarang job seeker
yang unggul dan membuka sebuah bisnis atau wirausaha sebagai pencapaian yang
sempurna dalam MEA 2015. Saya menilai hal ini sangat positif dan bagus untuk
masa depan saya ke depan agar saya tetap dapat bersaing di dalam peluang kerja
yang ada serta menjadi seorang job
creator yang handal. Memang tidak mudah mengkombinasikan 2 hal tersebut
yakni menjadi job seeker sekaligus
mengembangkan usaha sebagai job creator,
namun saya optimis dan yakin bahwa setiap kemauan dengan didorong semangat dan
disiplin diri yang baik dapat menciptakan sebuah hal yang baik untuk kehidupan
kiita sekarang dan di masa yagn akan datang. Saya bercita-cita menjadi seorang
auditor yang unggul dan handal serta menjadi seorang wirausahawan muda yang
kompeten agar tetap menjadi sumber daya manusia yang unggul dan dapat bersaing
di dunia kerja khususnya MEA 2015 sekarang dan di masa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar